Jangan Remehkan Sarapan

Kamis, 26 Februari 2015 - 12:04 WIB
Jangan Remehkan Sarapan
Jangan Remehkan Sarapan
A A A
Selama ini banyak orang yang meremehkan sarapan. Kesibukan menjadi penyebab utama malasnya orang untuk memulai aktivitasnya dengan sarapan terlebih dahulu.

Padahal, sarapan sebenarnya salah satu bagian penting dalam mendapatkan energi untuk menjalani aktivitas sehari-hari, terutama pada anak-anak yang melakukan aktivitas belajar untuk mendukung kebutuhan energi, nutrisi, dan kesegaran yang didapat. Menurut Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia Prof Dr Ir H Hardinsyah MS, di Indonesia belum terpenuhi akan kebutuhan sarapan yang sehat, dia mencontohkan bahwa 7 dari 10 orang di Indonesia tidak tahu dan tidak terpenuhi sarapan sehat setiap harinya.

Dia menyebutkan, sekarang ini Kementerian Kesehatan telah menggalakkan program Pedoman Gizi Seimbang dengan slogan baru, yaitu ”Gizi Seimbang Bangsa Sehat Berprestasi” yang menggantikan slogan pendahulunya, ”4 Sehat 5 Sempurna”. ”Salah satu pesan dari Permenkes, yakni biasakan sarapan.

Dulu orang Indonesia selalu bilang biasakan makan pagi. Saya salah satu yang protes, makan pagi, orang belum tentu minum pagi juga,”katanya yang ditemui saat menghadiri acara Pekan Sarapan Nasional di Jakarta, beberapa waktu lalu. Dia menuturkan bahwa sarapan sehat harus mencukupi empat hal. Pertama adalah jenisnya.

Adapun yang harus tercukupi dan tersedia adalah makanan dan minumannya. Kedua, jenis itu harus benar-benar tercukupi, selanjutnya adalah tercukupinya kebutuhan gizi paling tidak seperempat dari kebutuhan harian atau sekitar 15%-30% dari kebutuhan harian diperoleh pada pagi hari. Ketiga, harus aman dan terbebas dari berbagai cemaran yang memungkinkan terjadinya keracunan dan gangguan kesehatan. Keempat adalah sehat dalam arti waktu.

”Waktu sarapan yang baik itu adalah sebelum kita belajar, sebelum kita bekerja, dan sebelum pukul 09.00. Kalau pukul 10.00-an itu bisa dikatakan snack , bukan lagi sarapan,” ucapnya. Makanan dan minuman yang kita konsumsi saat sarapan, tidak hanya memenuhi kebutuhan energi, juga harus mengandung protein, vitamin, dan mineral.

Saat ini cukup banyak orang di Indonesia yang kekurangan mineral, kekurangan zat besi, kekurangan zinc, dan kekurangan kalsium. Menurut Hardinsyah, cara mengatasi kekurangan tersebut adalah dengan mengonsumsi sayur-sayuran atau buah pada pagi hari atau mengonsumsi makanan yang sudah diperkaya, bisa juga dengan mengonsumsi lauk pauk yang sehat.

”Lauk yang paling gampang itu tergantung daya beli masyarakatnya. Ada yang suka telur. Atau jika orang mampu, dia bisa membeli susu. Sumber-sumber alternatifnya banyak,” ujarnya. Sarapan sehat pun sangat penting bagi anak. Hardinsyah mengatakan bahwa setiap anak bervariasi umurnya, bervariasi juga kebutuhannya. Anak SD berumur 6 tahun, kebutuhannya sekitar 1.400- 1.500 kilo kalori.

Berbeda juga kebutuhan anak laki-laki dengan anak perempuan. Jika si anak tidak terpenuhi sarapan sehatnya, timbul gejala seperti mau pusing. Orang yang mau pusing bisa karena kekurangan glukosa darah dari karbohidrat dan itu perlu adanya asupan vitamin dan mineral. Lalu perasaannya agak terganggu dan kacau. Jika itu berlanjut dan terus merasa pusing, tubuh akan lemas.

Jika sudah seperti itu, maka akan timbul gejala lebih lanjut. ”Pingsan itu sudah tingkat paling parah. Gangguan mood saja sudah mengganggu prestasi belajar. Apalagi lemas,” katanya. Ada beberapa penelitian kecil di kota-kota besar menunjukkan bahwa banyak orang mampu tapi tidak sarapan karena telat bangun. Menurut dia, kenapa anak bisa telat bangun, itu karena malamnya tidak disiplin.

”Banyak anak yang tengah malam masih main HP tanpa pengetahuan orang tua sehingga tidur larut malam,” katanya. Dampak positif jika dibiasakan sarapan bagi anak, di antaranya prestasi belajar yang meningkat, daya ingat dalam jangka panjang, stamina, status gizi dalam jangka panjang, dan disiplin.

”Kalau anak sarapan, pasti dia disiplin. Kalau anak tidak sarapan, besar kemungkinan keluarganya tidak disiplin. Anak pun ikut tidak disiplin,” ucapnya. Sarapan pun bisa dengan sebuah pisang. Itu karena sangat simpel dan bisa dibawa anak-anak di dalam tasnya. Setiap orang tua juga harus paham si anak sukanya makan apa dan tergantung daya beli orang tua.

Iman Firmansyah
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1145 seconds (0.1#10.140)